28 Agustus 2007

YUSLI RASYIDI (Alm.) DALAM KENANGAN


Selasa (28/8), selepas jam 2 siang, sebuah SMS masuk di HP saya. “Ah, moga-moga kabar baru nih”, pikir saya setelah saya lihat kalau Mbokdhe Dyah yang mengirimnya. Memang sebuah kabar baru, tapi tidak mengenai yang saya harapkan dan cukup mengejutkan. Isinya, “ Telah berpulang teman kita Yusli Rasyidi dalam kecelekaan hari ini jam 9.30”. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un…
Seketika itu juga saya ambil album foto-foto lama saya, saya buka dan saya cari sesosok wajah diantara foto-foto masa kuliah prodip dulu. Tak lama kemudian saya bisa menemukannya.
Ah, Yusli…, dia adalah salah satu teman yang sangat dekat dengan saya ketika kita masih menjadi mahasiswa prodip di Malang. Dia anak Surabaya, rumahnya dekat dengan pantai Kenjeran. Saya pernah ke rumahnya, lalu bersama-sama pergi ke Pantai Kenjeran. Dia pun pernah ke rumah saya di Wonosobo, ketika dia mau saya ajak mudik ke kampung sewaktu kita masih diperbantukan di KPPBB Tangerang menunggu penempatan tiba. Dua malam di rumah saya, kita berjalan-jalan ke Dieng dan obyek wisata lainnya. Foto yang saya tampilkan itulah foto ketika sedang berwisata ke Dieng itu. Dan itu pula foto dan kebersamaan saya dengan dia yang terakhir.

Setelah itu Yusli mendapatkan penempatan di Medan dan saya di Palembang. Komunikasipun menjadi terputus. Ada informasi bahwa dia kemudian mengikuti pendidikan D4 Ajun Akuntan di Jakarta. Kemudian lagi ternyata saya ketahui dia sudah berada di KPP Kebumen, entah bagaimana ceritanya. Hingga saat berita sedih itu saya terima, tak pernah sekalipun saya dan dia sempat berkomunikasi lagi. Ini membuat saya menyesal, mengapa jalinan silaturahmi yang dulu begitu hangat dengannya itu mesti terputus, hingga sampai pada saat dimana itu menjadi sesuatu yang tak mungkin terwujud lagi, karena dia telah mendahului saya, menghadap penciptanya, pencipta saya dan pencipta takdir kebersamaan saya dengannya masa itu.
Almarhum Yusli yang saya kenal waktu itu, adalah pribadi yang menyenangkan dan ceria. Bicaranya ceplas-ceplos dengan logat ‘suroboyoan’, tapi sering lucu. Banyak hal-hal menyenangkan dan menggelikan yang bisa saya ingat. Dia adalah termasuk pelahap makanan kelas berat dan ‘cepat’ sekali. Pernah suatu ketika saya sedang mulai beberapa saat makan malam saya dengan nasi ayam bakar Bu Yayuk di Pasar Arjosari, ketika dia datang dan memesan menu yang sama. Seperti biasa porsinya ‘kelas berat’ tadi dan lebih banyak dari yang ada di piring saya. Ajaibnya atau herannya, belum lagi habis nasi di piring saya, ternyata dia sudah minta Bu Yayuk nambah nasi lagi karena di piringnya telah menipis. Cepat sekali dia menghabiskan nasinya. Dia cuma tersenyum dengan cueknya melihat saya menggeleng-gelengkan kepala. Tapi ya itu, badannya yang tergolong kurus tak bertambah besar juga, malahan badan saya yang bertambah melar. Entah kemudian setelah menjadi pegawai dan berkeluarga, apakah dia masih ‘segitu-segitu’ juga.
Yusli juga termasuk suka tebar pesona. Dia pernah mendekati anak tingkat 1 ketika di tingkat 2. Kebetulan dia kena pergok saya dan Fajar sehabis nonton berdua di Dinoyo 21. Sayang, si anak itu tak mampu memenuhi IP minimal pada semester 1 sehingga harus DO. Yusli pun diolok-olok sebagai biang keladinya, yang lagi-lagi hanya ditanggapi dengan cengengesan saja. Dan jangan heran, kabarnya dia juga termasuk peserta kontes penaklukan kembang angkatan, Andang S.S. Daradjati, yang akhirnya dimenangkan secara tak terduga oleh Rahmad S., itu.
Bagaimanapun Yusli bagi saya adalah teman yang menyenangkan, sahabat yang mengasyikkan. Dan sekarang semua itu menjadi kenangan saya, sebagai bagian dari cerita hidup saya, setelah dia tiada. Saya pun menjadi berpikir dan merenung, apakah saya pun pantas nantinya menjadi sesuatu yang dikenang dengan baik oleh teman-teman dan sahabat saya ketika ternyata Tuhan menghendaki saya mendahului menghadapNya.
Karenanya, dibalik kepergian sahabat saya itu, seharusnya tidak semata-mata membawa perasaan duka cita dan membangkitkan sekilas suatu kenangan tentang kebersamaan. Akan tetapi juga suatu i’tibar, pembelajaran, bahwasanya kematian dan masa depan memang adalah dua hal yang sangat tipis batasnya. Tak siapapun dapat merancang sendiri masa kematiannya, dan seberapa jauh seharusnya masa depan yang ingin dicapainya. Semuanya tergantung pada satu hal yang tak ada kabar beritanya meski secuilpun, yaitu ketetapan, takdir dari Yang Maha Kuasa, tak peduli siapapun kita. Kenyataan itu semestinya memunculkan pertanyaan bagi kita, jika kita begitu berdaya upaya bagi menghadapi masa depan kita, sampai sejauh mana kita berdaya upaya bagi menghadapi kematian kita, menghadapi hidup sesudah kematian kita? Padahal, sekali lagi, dua hal itu sangatlah tipis batasnya. Sewaktu-waktu kita harus, mau tak mau, menjumpai kenyataan bahwa masa depan kita hanya mungkin sampai tahun depan saja, atau minggu depan saja, atau malam ini saja bahkan mungkin beberapa saat lagi. Dan kita harus menjalani kehidupan yang lain, masa depan yang lain, yang seharusnya sudah kita persiapkan juga. Cukupkah waktu kita?Masih sempatkah kita? Yusli, sahabat saya itu, mengingatkan saya, dan mungkin mengingatkan kita semua.
Terima kasih sahabatku. Selamat jalan. Kini engkau tidak lagi diminta menghadap atasan di kantor, tetapi engkau diminta menghadap kepada Yang Maha Atasan dari semua atasan yang ada di jagat ini. Semoga penghadapanmu denganNya adalah penghadapan yang diterima dengan baik karena amal kebajikanmu. Dan, semoga semua kesalahan dan dosa-dosamu luruh dalam ampunanNya yang maha luas. Kehangatan silaturahmi kita pun semoga terjalin baik kembali kelak di akhirat. Amin

4 Comments:

Anonim said...

Ass.Wr.Wb
Perkenalkan saya Anne istri dari Yusli Rasyidi. Saya sangat berterima kasih kepada sahabat-sahabat suami saya, do'a dari sahabat ini yang dinantikan oleh suami saya. Saya tidak ingin silaturahim yang sudah disambung oleh suami saya putus begitu saja. Menjadi sesuatu yang menyenangkan apabila saya dapat menyambung silaturahim yang sempat terputus. Saya pun ingin memohon maaf, apabila dahulu ada kesalahan-kesalahan suami saya.

Buat Mas yang posting, saya dapat berbagi cerita mengenai sepak terjang suami saya.

Wassalam

Anne Hermadianne A

Anonim said...

MMMM

Anonim said...

ANNE, YOU'RE BEAUTIFUL BUT IT'S PITY YOU'RE NOT MINE !

Anonim said...

ANN,VOUS BELLE MAIS VOUS NE SEREZ PAS UNE MINE